Dalam satu dekade terakhir di Indonesia, jumlah perempuan merokok melonjak dari 1 persen menjadi 4 persen, sementara 64 persen laki-laki memang merokok. Dilaporkan pula bahwa 70 persen kepala rumah tangga dari lapisan masyarakat menengah kebawah merokok. Dan sebanyak 20 persen pendapatan rumah tangga tersebut digunakan untuk konsumsi rokok.
Sejak dua puluh tahun lalu, kelompok umur di bawah 18 tahun menjadi sasaran utama kampanye industri rokok. Tidak puas lewat iklan di media, industri rokok juga masuk menjadi sponsor acara anak muda, seperti konser musik, pemutaran film, dan olahraga. Produsen rokok tak segan membagikan rokok gratis sebagai imbalan pembelian tiket masuk. Iklan rokok menjadi monster yang siap menerkam anak-anak dan remaja sebagai konsumen barunya. Rokok terlanjur dijadikan lambang gagah-gagahan, gaya, gaul, atau kejantanan, meskipun ada yang merokok sekedar iseng.
WHO melaporkan lebih dari 37,3 persen pelajar di Indonesia adalah perokok aktif. Tiga dari sepuluh pelajar mengaku mengenal rokok sejak berusia di bawah 10 tahun, dan 61,3 persen populasi perokok remaja adalah pria. Dari survei 2006, jumlah perokok usia 13-15 tahun di Indonesia menduduki peringkat pertama di Asia. Kebalikannya dari data di Jepang, prevalensi perokok pria usia 15 tahun turun dari 81 persen pada 1961 menjadi 54 persen pada 2000.
Setiap kali menghirup rokok, ada empat ribu bahan kimia yang ikut tersedot ke dalam tubuh, termasuk 63 macam bahan yang bisa menimbulkan kanker (carcinogen), serta racun lain, seperti karbon monoksida, amonia, sianida, arsen, dan formaldehid.
Ternyata kebiasaan merokok membuat orang lebih mudah terkena diabetes. Merokok satu batang saja bisa membuat penggunaan insulin oleh tubuh Anda berkurang 15 persen! Setelah merokok satu batang itu berhenti 10-12 jam, barulah kinerja insulin bisa pulih seperti semula. Bila keadaan demikian berlangsung terus menerus, Anda akan menjadi diabetesi (penderita diabetes) dengan ancaman mengalami berbagai komplikasi diabetes yang menakutkan.
Komentar