Menurut data GLOBOCAN (IARC) tahun 2012, diketahui bahwa kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan presentase kasus baru tertinggi, yaitu sebesar 43,3% dan presentase kematian akibat kanker payudara sebesar 12%. Penyakit kanker serviks dan payudara merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia pada tahun 2013, yaitu kanker serviks sebesar 0,8% dan kanker payudara sebesar 0,5%. Berikut adalah gejala-gejala kanker payudara:
Dari hasil penelitian dalam bentuk kesimpulan diperoleh usia rata-rata kanker payudara yaitu usia premenopausal < 50 tahun. Sebagian besar kasus kanker payudara memiliki keadaan kurang menguntungkan, yakni keganasan sedang sampai buruk, dan cenderung bermetastasis (menyebar) ke paru, hati, KGB (Kelenjar Getah Bening), dan otak. Gambaran ini didapati dalam penelitian dapat dipahami karena sebagian besar pasien yang dirujuk ke "RS Dharmais" sudah dalam kondisi lanjut atau terlambat diketahui dan ditangani. Berikut tahapan stadium kanker payudara:
Pencegahan kanker payudara sama dengan pencegahan kanker pada umumnya. Sebenarnya, 30% penyakit kanker dapat dicegah dengan cara mengubah faktor risiko perilaku dan pola makan penyebab penyakit kanker. Hal ini didasari karena lebih dari 30% dari kematian akibat kanker disebabkan oleh lima faktor risiko perilaku dan pola makan, yaitu:
(2). Kurang konsumsi buah dan sayur
(4). Penggunaan rokok
(5). Konsumsi alkohol berlebih
Kanker yang diketahui sejak dini memiliki kemungkinan untuk mendapatkan penanganan lebih baik. Kemenkes RI mensosialisasikan gerakan pencegahan (preventif) kanker dengan menerapkan perilaku CERDIK, yaitu Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola stres.
Sebagai agent of change dan agent of treatment, seorang dokter juga dituntut untuk dapat mengubah perilaku di masyarakat yang bertujuan untuk menurunkan risiko kanker yang mungkin dapat diderita. Dengan berlakunya program Jaminan Kesehatan Nasional, upaya-upaya promotif dan preventif memang harus diprioritaskan untuk merubah paradigma semua pihak, yaitu dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat. Semoga bermanfaat.
Komentar